Marketing Bisnis Mikro kpp Pertanian Pundi Contak Hp,085353885584 Marketing Bisnis Mikro kpp Pertanian Pundi Contak Hp,085353885584 Marketing Bisnis Mikro kpp Pertanian Pundi Contak Hp,085353885584

Jumat, 27 Desember 2013


Tantangan berat perbankan di 2014
Oleh Herry Prasetyo, Nina Dwiantika, Issa Almawadi, Adhitya Himawan - Kamis, 26 Desember 2013 | 11:28 WIB

Pertumbuhan industri perbankan di tahun 2014 diperkirakan semakin lambat. Tahun depan, tantangan industri perbankan kian berat lantaran likuiditas semakin ketat, sementara risiko kredit bermasalah meningkat.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan, pertumbuhan kredit perbankan tahun depan hanya di kisaran 15,3%-16,6%. Angka ini jauh di bawah perkiraan pertumbuhan kredit tahun 2013 di kisaran 20,8%.

Gubernur BI, Agus Martowardojo, mengatakan upaya stabilisasi ekonomi yang diperkirakan masih akan berlangsung hingga 2014 menjadi alasan penurunan angka pertumbuhan kredit perbankan. Pelambatan pertumbuhan penyaluran kredit juga dipicu kenaikan suku bunga perbankan.

Alih-alih agresif, bank akan bersikap konservatif. Sebagian besar bank memilih mengerem laju pertumbuhan kredit dan memasang target pertumbuhan sesuai proyeksi BI.

Pahala N. Mansuri, Direktur Keuangan Bank Mandiri, mengatakan rata-rata pertumbuhan kredit tiga tahun terakhir mencapai 24%. Tahun 2014, sudah saatnya pertumbuhan kredit melambat di kisaran 15%-17%. Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja, mengatakan kredit sektor konsumer seperti kredit properti dan kredit kendaraan bermotor pada tahun depan akan tersendat akibat kebijakan pengetatan loan to value (LTV) yang dirilis BI.

Selain kredit melambat, bank juga menghadapi dua tantangan besar pada tahun depan. Direktur Bank Jabar Banten, Bien Subiantoro, mengatakan likuiditas yang semakin ketat menjadi tantangan utama perbankan di tahun depan. Banyak dana nasabah institusi keluar dari sistem perbankan lantaran dialihkan untuk membeli surat utang negara (SUN) demi mendongkrak yield. Alhasil, likuiditas semakin seret dan persaingan memperebutkan dana pihak ketiga (DPK) makin ketat.

Thila Nadason, Pjs Presiden Direktur Bank Internasional Indonesia (BII), mengatakan likuiditas pada tahun depan semakin ketat lantaran langkah The Federal Reserve melakukan tapering off. Alhasil, likuiditas akan kembali lari ke luar negeri.

Menurut Pahala, pengetatan likuiditas sudah terlihat dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang melambat dua tahun terakhir. Sebagai gambaran, tahun 2011, penghimpunan DPK industri perbankan masih tumbuh 19%. Tahun lalu DPK cuma naik 15%. Risiko kekeringan likuiditas makin meningkat sejak BI mengerek bunga acuan (BI rate) Juni 2013 lalu.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan, pertumbuhan DPK tahun depan hanya naik 14,1%. "Bank kecil paling terpukul efek kekeringan likuiditas," kata Doddy Ariefianto, Head of Economic and Banking System Risk Division LPS.

Risiko NPL meningkat
Karena itu, perang suku bunga simpanan masih akan berlangsung hingga tahun depan. Bank akan berlomba menawarkan suku bunga deposito setinggi-tingginya untuk menggaet dana nasabah. Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Pengawas Perbankan, Nelson Tampubolon, mengakui likuiditas perbankan menjadi persoalan potensial tahun depan. Ia khawatir, saat kondisi ekonomi makro memburuk, bank saling menahan diri memberikan pinjaman di pasar uang antarbank (PUAB).

Untuk mengantisipasi, BI meminta perbankan aktif bertransaksi di pasar keuangan selain PUAB. BI juga menginisiasi mini master repurchase agreement (MRA) yang melibatkan delapan bank. Proyek tersebut diharapkan memicu peningkatan transaksi repo antarbank sehingga likuiditas perbankan lebih longgar. Meski begitu, bankir harus menyiapkan strategi alternatif, seperti penerbitan obligasi untuk menjaga likuiditas di 2014.

Tantangan kedua yang tak kalah berat adalah risiko kenaikan kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) akibat kenaikan suku bunga kredit dan penurunan dana beli masyarakat. BI memperkirakan, NPL tahun depan bisa mencapai 2,8%-3,1%. Per Oktober 2013, NPL perbankan masih di level 1,9%. Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior BI, meminta perbankan meningkatkan biaya pencadangan alias provisi, mengantisipasi dampak kenaikan kredit bermasalah. Bank juga harus meningkatkan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) untuk memperkuat ketahanan permodalan saat ekonomi melemah.

Achmad Baequni, Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI), mengakui ada potensi kenaikan NPL tahun depan meski tidak besar. BRI telah mengantisipasi dengan selektif menyalurkan kredit. "Bank harus mempelajari profil nasabah dan usaha mereka serta mengelola penyaluran kredit untuk mengendalikan NPL," kata Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP. Jadi, tahun depan bankir mesti lebih berhati-hati.
Sumber :kontan

Jumat, 06 Desember 2013

Home

Home

 

Mengembangkan Usaha Kredit Mikro & Kecil Melalui Peningkatan Akses ke Layanan Keuangan


Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia, melalui pemberian akses terhadap layanan keuangan, berpotensi besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan. Lembaga Keuangan Mikro terus mengalami perkembangan, dan melalui produk-produk keuangan kredit mikro mereka diharapkan dapat menjangkau lebih banyak lagi masyarakat di daerah kota dan pedesaan. Karena itu Lembaga Keuangan Mikro harus mampu meningkatkan kinerja agar dapat memberikan akses yang lebih baik lagi, umumnya kepada usaha kredit mikro dan kecil.
Program keuangan inklusif berperan penting dalam mewujudkan pertumbuhan dan keberlanjutan usaha kredit mikro dan kecil. Terkait pengembangan usaha kredit mikro dan kecil, arah kebijakan Bank Indonesia bertujuan untuk menjembatani kesenjangan informasi antara usaha kecil dan mikro dengan perbankan. Secara garis besar, Bank Indonesia melalui program keuangan inklusif akan memperkuat enam pilar dalam strategi nasional keuangan inklusif (SNKI) yaitu edukasi keuangan dalam rangka peningkatan kemampuan mengelola keuangan termasuk mengenal risiko, penyediaan fasilitas keuangan bagi publik dari program pemerintah, pemetaan informasi keuangan, penyusunan kebijakan dan peraturan pendukung, peningkatan intermediasi dan sarana distribusi serta perlindungan konsumen.
Pendidikan keuangan, sebagai bagian dari layanan Lembaga Keuangan Mikro, membantu para klien yang mempunyai masalah dalam berhutang menjadi lebih mapan melalui manajemen keuangan yang baik, pengeluaran yang terencana dan memisahkan antara keuangan usaha dan rumah tangga, serta mencatat pendapatan dan pengeluaran.
sumber: Bank Indonesia

Minggu, 05 Mei 2013

Kredit Pertanian Pundi

http://marketingbisnismikro.blogspot.nl/Produk Pertanian Pundi




Program Kredit
          Plafon
Rp.5 Juta -350Juta
 Jangka Waktu
 6 Bulan - 12 bulan (Kredit Musiman )
 6 Bulan - 36 Bulan ( Modal Kerja )
 12 bulan - 60 bulan ( Investasi )
 Agunan
Tanah,Tanah & Bangunan,Sertifikat,Deposito
 Dokumen
 KTP,KK,Akta Nikah/ SIUP/Bukti Angsuran Pinjaman ,NPWP
 Waktu Proses
 2 - 3 Hari
 Manfaat Plus
 Cicilan lebih ringan dan ada asuransi jiwa